Sabtu, 21 Desember 2013

KASIH ANAK PADA IBUNYA


       1.1       Kasih Anak Pada Ibu Kandungnya
Al-Quran seringkali mengingatkan manusia agar mengasihi Ibu kandungnya. Ibu memiliki fitrah untuk sentiasa sayang dan kasih kepada anak-anak mereka. Sejahat apa sekali pun ibu itu, mereka tetap memiliki rasa kasih yang begitu tinggi nilainya. Setiap ibu adalah begitu. Mungkin ada segelintir yang hilang kemanusiaannya ketika membuangkan anak mereka di tong sampah. Golongan ini belum layak dinamakan ibu. Mereka adalah orang yang “sesat” dan “keliru” dalam tipu daya nafsu dan syaitan. Tapi ibu yang menjalani hidup penuh penderitaan dan beban sentiasa akan memiliki kasih dan sayang terhadap anak-anaknya tanpa terkecuali. Allah SWT Maha tahu akan hakikat itu, oleh karena itu kita sedikit menemukan perintah agar ibu berbakti kepada anak-anak. Mereka pasti berbakti kerana fitrah yang telah diberikan. Kita lebih banyak menemukan perintah agar ibu berlaku adil terhadap anak-anak. 
Lain halnya dengan sang anak. Tidak semua anak mempunyai kasih yang tinggi kepada ibu mereka. Kecenderungan manusia yang suka lupa ini, menjadikan anak-anak mudah lupa akan jasa ibu mereka ke atas mereka. Oleh kerana itu, Allah SWT seringkali menegaskan agar kita memberi perhatian yang cukup besar dalam berbakti kepada ibu. Sifat egois manusia juga sangat bahaya. Egois dan mementingkan diri biasanya akan menutup segala kebaikan yang pernah dilakukan ibu terhadap diri sang anak bila mana satu kehendak sang anak tidak dipenuhi. Hal ini terbukti bilamana begitu banyak anak yang mengabaikan bahkan mendurhakai ibu mereka hanya kerana cinta sebagai contoh. Ibu tidak menyetujui cinta mereka lalu mereka dengan begitu egoisnya mendurhakai keduanya. Kemana hilangnya kasih sang anak terhadap ibu mereka?
Perkara yang baik tidak mungkin bertembung dengan perkara yang tidak baik. Apakah kita mentaati suami yang fasik sehingga menyebabkan kita terpaksa durhaka kepada ibu? Ataukah kita mentaati suami yang sholeh lalu mendurhaka kepada ibu yang fasik?
Perlu ditegaskan bahwa jika ibu kita seorang yang fasik sekali pun kita masih wajib taat kepada mereka.
       1.2       Perilaku anak terhadap ibu kandungnya
" Kasih Ibu kepada beta...tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia "
Penggalan lagu di atas mengingatkan kita ketika kecil dulu, sering sekali kita menyanyikannya. Cinta Ibu tak dapat terbalaskan, mungkin itu kata-kata yang sering kita ucapkan sebagai anak, karena setiap Ibu selalu memberikan kasih sayangnya dengan tulus, pada anak-anaknya, tanpa meminta bayaran, atau balasan dari semua kasih sayang yang telah di berikannya. Namun adakalanya ketika anak-anak sudah besar banyak perbedaan yang menimbulkan pertengkaran pada keduanya. Keinginan-keinginan anak suka berbenturan dengan Orang tua, terutama Ibu. Kadang si Ibu ingin yang A, tapi si anak ingin yang B.
Apa lagi kalau kita lihat kehidupan di Jerman, banyak sekali perbedaan yang mencolok, antara orang tua dan anak, terutama ketika anak-anaknya mulai beranjak dewasa, kebebasan sudah mulai menjadi teman si anak, entah itu dari mulai senang pesta, merokok, dan berpakaian dengan model yang aneh-aneh.
Adakalanya si Ibu suka mungkin merasa anaknya sudah besar, adakalanya tidak. Seperti beberapa waktu lalu ada kasus di TV, ada seorang anak yang tidak di izinkan oleh ibunya untuk bergaul dengan anak-anak jalanan, umur mereka kira-kira 18 tahun, mereka seringnya kumpul-kumpul di tempat-tempat tertentu sambil minum-minuman keras. Tapi karena anak itu tidak terima saat di larang, maka dia pergi meninggalkan rumah orang tuanya. Disinilah sebenarnya peran Orang tua menjadi tidak bermanfaat, karena mereka lebih memilih jalan hidup mereka sendiri dan kesenangan mereka. Sehingga melupakan Orang tuanya, yang telah melahirkan dan membesarkannya.
Seperti susu di balas dengan air tuba, begitulah peribahasa yang sering kita dengar, ketika si anak mulai membangkang dan mulai mengabaikan semua keinginan serta nasehat orang tuanya. Kadang kesalahan tidak melulu pada si anak, kemungkinan besar ada juga pada orang tuanya yang kurang tegas pada si anak dan seringnya si anak di beri kelonggaran, sehingga buat si anak jadi terbiasa. Dan kebiasaan-kebiasaan buruk si anak yang tidak terkontrol, sehingga kebabalasan, yang akhirnya menjadi candu untuk anak itu sendiri. Ada beberapa orang Jerman yang merasa berat untuk memiliki anak, sehingga mereka lebih suka memelihara anjing. Mungkin bagi mereka anjing lebih mudah di atur, tidak menyusahkan dan nurut.
Mereka tidak punya tujuan dalam kehidupan ini, maka bagi mereka bila anak akan menyusahkan mereka, mengapa mereka pelihara, tapi ada juga orang Jerman yang punya anak banyak. Sebenarnya bukan anak-anak Jerman saja yang mempunyai karakter keras dan suka membangkang, anak-anak lain juga demikian, mungkin ini tergantung dari peran seorang Ibu di rumah, maka Ibu di katakan oleh Rosulullah sebagai " Sekolah " bagi anak-anaknya, mungkin itu maksudnya, anak-anak akan berakhlaq mulia, bila seorang Ibu baik dalam mendidiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar